Timika, PT- Johanis Kasabol, salah satu tokoh penting di balik lahirnya Lembaga Masyarakat Adat Amungme (LEMASA), mengajak seluruh warga suku Amungme untuk bersatu hati demi masa depan bersama dan kemajuan di atas tanah adat Amungsa, Kabupaten Mimika.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Johanis Kasabol, S.E., saat ditemui media di Kafe Lorentz, Jalan Ahmad Yani Timika, pada Jumat (1/8/2025).
Sebagai satu dari tujuh penggagas awal berdirinya LEMASA, Kasabol menegaskan bahwa lembaga adat ini lahir dari musyawarah dan perjuangan bersama. Ia juga menolak anggapan bahwa dirinya mengambil alih kendali secara sepihak.
“LEMASA dibentuk untuk semua orang Amungme, bukan untuk pribadi atau kelompok tertentu. Tidak ada sistem warisan atau kerajaan dalam lembaga ini. Segala keputusan harus melalui Musyawarah Adat atau Musdat,” jelasnya.
Menurut Kasabol, pembentukan LEMASA dimulai sejak tahun 1994 dan dideklarasikan pada tahun 1996 oleh tujuh tokoh adat suku Amungme, yang saat ini tersisa dirinya seorang. Namun semangat kolektif tetap menjadi pegangan utama.
Dalam struktur adat suku Amungme, dikenal istilah “Tolly Negel” yang berarti dituakan. Kasabol menjelaskan bahwa tujuh pendiri LEMASA adalah Tolly Negel karena peran dan inisiatif mereka, tetapi bukan berarti mereka menjadi pemimpin absolut.
“LEMASA adalah tali pengikat persatuan orang Amungme, bukan sistem kerajaan. Jika ada yang ingin menjadi pemimpin lembaga ini, harus melalui Musdat, bukan karena garis keturunan,” tegas Kasabol.
Menutup pernyataannya, Johanis Kasabol memberikan apresiasi khusus kepada Antonius Rahabav, yang dinilainya telah memainkan peran penting dalam mempererat hubungan antara suku Amungme dan suku Kamoro di Mimika.
“Saya percaya, ini waktu Tuhan memakai saudara untuk mempersatukan kami dan menyelamatkan tanah ini. Terima kasih, saudara adalah berkat bagi banyak orang,” ucap Kasabol penuh haru. (PT/EF)