Ambon, PT- Manajemen PT Batutua Kharisma Permai (BKP) dan PT Batutua Tembaga Raya (BTR) memberikan penjelasan resmi terkait insiden kecelakaan tongkang yang terjadi di pelabuhan Peta Park, Pulau Wetar, beberapa waktu lalu.
Direktur Utama BKP–BTR, Boyke Abidin, menjelaskan bahwa kecelakaan tersebut murni disebabkan oleh faktor teknis, tanpa adanya unsur kelalaian manusia. Ia menegaskan bahwa tongkang yang mengalami patah masih memiliki sertifikat laik layar dan telah beroperasi sesuai standar keselamatan yang berlaku.
“Kecelakaan ini sungguh disesalkan, namun Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Kami langsung melibatkan perusahaan profesional berakreditasi internasional dari Jakarta untuk proses pengangkatan bangkai kapal,” jelas Boyke dalam Rapat Dengar Pendapat bersama DPRD Maluku, Selasa (21/10/2025).
Proses evakuasi bangkai tongkang telah dilakukan secara bertahap. Bagian depan tongkang berhasil diangkat setelah dilakukan pemotongan, sementara bagian belakang masih tersangkut dan diperkirakan memerlukan waktu sekitar satu minggu untuk diselesaikan.
“Upaya ini membutuhkan biaya yang sangat besar karena dikerjakan oleh tim salvage berpengalaman menggunakan metode pengosongan dan pelambungan agar tongkang bisa ditarik keluar dari pelabuhan,” tambah Boyke.
Sementara itu, Manager External Affairs BKP–BTR, Carlos Pattiselanno, menjelaskan langkah-langkah mitigasi yang dilakukan untuk meminimalisir dampak lingkungan pascakejadian.
1. Penanganan di Area WBJ dan Jati
Tim teknis BKP–BTR terus melakukan treatment aktif di tiga titik permanen menggunakan perahu dan reagen seperti hydrated lime serta PAC (Poly Aluminium Chloride) untuk mengendapkan residu di dasar perairan. Setelah itu dilakukan penyedotan agar area laut tetap bersih dan aman.
2. Pemantauan Kualitas Air dan Biota Laut
Pemantauan kualitas air dilakukan setiap hari di sekitar WBJ, termasuk penambahan titik pantau di wilayah selatan Wetar sebagai area kontrol.
“Hingga saat ini tidak ditemukan adanya ikan mati di sekitar lokasi kejadian,” ungkap Carlos.
Sampel air juga telah dikirim ke laboratorium Intertek di Jakarta pada 14 Oktober 2025 untuk diuji secara independen. Hasil analisis laboratorium diharapkan keluar dalam waktu sekitar dua minggu setelah penerimaan sampel.
3. Proses Evakuasi Tongkang Berlanjut
Menurut Carlos, proses pengangkatan tongkang masih terus dilakukan menggunakan grab crane yang berfungsi seperti capit untuk mengangkat potongan sisa dari dasar laut. Posisi ore (bijih tembaga) yang tertimbun di bawah tongkang menjadi tantangan tersendiri, sehingga memerlukan teknik khusus berupa pemotongan, balancing tangki, dan pengisian air agar tercipta daya apung yang cukup.
4. Kerja Sama dengan Universitas Pattimura (Unpatti)
BKP–BTR juga telah menjalin kerja sama dengan Universitas Pattimura (Unpatti) untuk melakukan analisis biota laut dan studi dampak lingkungan. Tim dari Unpatti dijadwalkan melakukan observasi awal pada akhir Oktober hingga awal November 2025.
5. Rencana Pembersihan Sedimen
Selain itu, perusahaan tengah mencari kontraktor profesional untuk melakukan trading dan penyedotan sedimen yang menumpuk di dasar laut. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk memulihkan kondisi lingkungan laut secara menyeluruh.
Baik Boyke Abidin maupun Carlos Pattiselanno menegaskan bahwa BKP–BTR berkomitmen penuh menjaga keselamatan kerja, kepatuhan terhadap regulasi, dan perlindungan lingkungan.
Seluruh proses evakuasi dan pemulihan dilakukan dengan standar profesional internasional, melibatkan lembaga independen, dan diawasi langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku. (PT)









