AMBON, PT – Dalam upacara adat yang khidmat dan penuh makna, Majelis Latupati Maluku secara resmi mengukuhkan Gubernur Maluku, Hendrik Lewerisa, SH, LLM sebagai Upulatu Maluku dan Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, S.Sos sebagai Pati Maluku, Kamis (14/5/2025), di pelataran Kantor Gubernur Maluku.
Pengukuhan ini ditandai dengan penyematan kain merah di pundak dan ikat pinggang, serta penyerahan tongkat adat oleh Ketua Majelis Latupati kepada Gubernur Maluku sebagai simbol tanggung jawab adat.
Acara sakral tersebut dihadiri oleh tokoh adat, unsur Forkopimda, pimpinan PT Bank Maluku Malut, pimpinan Jasaraharja Ambon, para kepala OPD lingkup Pemerintah Provinsi Maluku, serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Gubernur Hendrik Lewerisa mengucapkan rasa syukur dan penghargaan yang mendalam atas amanah tersebut. Ia menegaskan bahwa gelar Upulatu Maluku bukanlah simbol kekuasaan, melainkan representasi kepemimpinan yang mengayomi, melindungi, dan mempersatukan seluruh masyarakat di Bumi Raja-Raja Maluku.
“Gelar ini adalah panggilan untuk menjaga nilai-nilai luhur adat dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur kita di 11 kabupaten/kota se-Maluku,” ujarnya.
Gubernur juga menegaskan komitmennya untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan antar masyarakat Maluku, serta melestarikan nilai-nilai budaya demi keberlanjutan generasi mendatang.
Sementara itu, gelar Pati Maluku yang disematkan kepada Wakil Gubernur disimbolkan sebagai bentuk ketegasan, loyalitas, dan pengabdian tulus dalam mendukung kepemimpinan Upulatu Maluku.
“Sinergi dan kolaborasi antara Upulatu dan Pati adalah kunci utama dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, pembangunan berkelanjutan, serta pelayanan publik yang efektif di Maluku,” tambah Gubernur.
Gubernur menegaskan bahwa pengukuhan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari babak pengabdian baru. Ia berjanji akan menjalankan amanah ini dengan sepenuh hati, mendengarkan aspirasi masyarakat, dan bekerja keras demi mewujudkan Maluku yang maju, adil, dan sejahtera.
“Upulatu dan Pati bukan sekadar simbol, tetapi merupakan panggilan jiwa untuk melayani dengan cinta, merangkul dengan bijaksana, dan membangun dengan nilai,” pungkasnya. (PT)