AMBON, PT. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, M.Si, menyatakan bahwa target produksi pangan Maluku pada tahun 2025 diproyeksikan meningkat signifikan. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mendukung sapta cita Gubernur serta asta cita Presiden Prabowo, terutama terkait peningkatan produktivitas pangan strategis nasional.
“Kami diberi target 26 ribu hektare perluasan tambah tanam, dan hingga akhir November 2025 telah tercapai seluruhnya,” ujar Ilham kepada wartawan di ruang tamu Kantor Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Kamis (11/12/2025).
Ia menjelaskan, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku, produksi pangan tahun 2025 naik 12 persen dibandingkan 2024.
“Tahun 2024 produksi gabah kering panen tercatat 105 ribu ton, sementara tahun 2025 meningkat menjadi 112 ribu ton,” jelasnya.
Lebih lanjut, produktivitas juga mengalami kenaikan. Pada 2024 produktivitas tanaman padi hanya 3,8 ton per hektare, sedangkan tahun 2025 meningkat menjadi 5,1 ton per hektare.
“Perluasan tambah tanam berdampak signifikan terhadap peningkatan produksi pangan di Maluku,” kata Ilham.
Peralatan Pertanian Masih Terbatas
Terkait ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan), Ilham mengakui bahwa bantuan yang ada masih jauh dari cukup karena keterbatasan anggaran pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Namun pada tahun 2025 terdapat dukungan tambahan berupa 12 unit traktor, 3 unit mesin, dan sekitar 150 unit pompa air, seluruhnya melalui anggaran APBN.
“Bantuan pemberdayaan bagi petani seperti pala, cengkih, buah-buahan, sayur-mayur, dan peternak sebagian besar sudah disalurkan pada 2024 dan 2025,” tegasnya.
Pupuk Subsidi Tersedia
Ilham menambahkan bahwa pupuk bersubsidi seperti NPK, Urea, dan kompos sudah tersedia dan didistribusikan melalui kabupaten/kota untuk ditebus kelompok tani sesuai kebutuhan.
Kesejahteraan Petani Masih Tantangan
Saat disinggung soal kesejahteraan petani, Ilham menilai bahwa ukuran tersebut bersifat relatif. Indikator seperti nilai tukar petani (NTP) masih perlu ditingkatkan.
“Yang kita harapkan adalah pendapatan petani lebih tinggi daripada pengeluarannya. Itu target kita ke depan,” ucapnya.
Meski optimis terhadap peningkatan produksi, Maluku masih menghadapi defisit kebutuhan beras.
“Kebutuhan beras kita 150 ribu ton, sementara produksi baru mencapai 50 ribu ton, sehingga masih terjadi defisit,” jelasnya.
Defisit tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain indeks pertanaman yang masih rendah, banyaknya lahan sawah yang tidak berfungsi optimal akibat jaringan irigasi yang rusak, serta alih fungsi lahan.
“Contohnya di Kabupaten Buru, banyak petani memanfaatkan lahan di Gunung Botak. Harapan kami ke depan, petani dapat lebih konsisten menggarap lahan agar hasil pertanian meningkat,” tutup Ilham. (**)










