Jakarta, pusartimir.com- Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia tetap kuat meskipun menghadapi divergensi pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan dunia. Pemerintah dan otoritas terkait terus memperkuat koordinasi dan sinergi untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional.
Pada triwulan IV-2024, ekonomi dunia menunjukkan pola pertumbuhan yang bervariasi:
1. Amerika Serikat tumbuh lebih kuat dengan pasar tenaga kerja yang membaik.
2.Eropa dan Jepang masih mengalami perlambatan ekonomi.
3.Tiongkok mencatat pertumbuhan 5,4% yoy, didorong oleh stimulus ekonomi.
Ketidakpastian pasar keuangan global semakin tinggi akibat:
🔹 Kebijakan moneter AS, yang berdampak pada ekspektasi suku bunga The Fed.
🔹 Ketegangan geopolitik global, yang mendorong investor lebih memilih aset keuangan AS.
🔹 Penguatan dolar AS (DXY), yang menekan mata uang negara-negara berkembang.
Meski demikian, Indonesia tetap mampu mempertahankan stabilitas keuangannya dengan strategi yang tepat.
Perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif pada triwulan IV-2024, didukung oleh:
✔️ Peningkatan investasi dan terjaganya konsumsi rumah tangga.
✔️ Belanja pemerintah yang terus menguat, terutama jelang Pilkada serentak November 2024.
✔️ Surplus neraca perdagangan selama 5 tahun berturut-turut.
✔️ PMI Manufaktur kembali ke zona ekspansif pada Desember 2024.
Pada 2024, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5% yoy, dan pada 2025 meningkat menjadi 5,2% yoy.
Stabilitas Rupiah dan Cadangan Devisa Tetap Terjaga
🔹 Nilai tukar Rupiah tetap terkendali, meskipun menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS.
🔹 Cadangan devisa Indonesia per Desember 2024 mencapai USD 155,7 miliar, cukup untuk 6,7 bulan impor.
🔹 Aliran modal asing tetap masuk, didukung oleh imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik.
Pemerintah juga sedang merevisi PP 36 Tahun 2023 terkait devisa hasil ekspor sumber daya alam guna memperkuat cadangan devisa dan menjaga stabilitas nilai tukar.
Inflasi Terkendali dan Prospek Ekonomi 2025
1.Inflasi IHK 2024 tetap dalam target 2,5±1%, dengan inflasi inti 2,26% yoy.
2.Inflasi volatile food (VF) menurun, didukung oleh pasokan pangan yang stabil dan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
3.Proyeksi inflasi 2025-2026 tetap di kisaran 2,5±1%, berkat kebijakan moneter yang konsisten dan digitalisasi ekonomi.
Meskipun ekonomi global masih penuh ketidakpastian, stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga. Dengan koordinasi erat antara OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan LPS, serta kebijakan yang responsif, Indonesia optimis menghadapi 2025 dengan fundamental ekonomi yang kuat. (PT)